MATV (MASTER ANTENNA TELEVISION)

MATV adalah Master Antenna Television
 MATV terbagi dalam 2 bagian :
 I. Headend / Sentral
II. Jaringan
I. HEADEND / SENTRAL
Headend adalah sebuah central atau bisa juga dikatakan sebagai server, dimana dalam sebuah headend biasanya adalah susunan beberapa komponen receiver digital satelit dan Modulator yang disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan sebuah sinyal RF. Content yang diambil pada umumnya bisa diambil dari Antenna Terestial dan Parabola Free to Air.

v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
p\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
v\:textbox {display:none;}

I.1. Fungsi Sistim

v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
p\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
v\:textbox {display:none;}

Parabola, Didalam suatu parabola terdapat yang namanya LNB, LNB berfungsi sebagai penerima sinyal dari satelite yang di fokuskan pada sebuah pantulan antena dan memproses sinyal tersebut dan mengubah sinyal transmisi tersebut ke dalam sinyal elektrik dan di teruskan ke perangkat Receiver

v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
p\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
v\:textbox {display:none;}

Ring Horn berfungsi sebagai pengarah sinyal yang dipantulkan oleh piringan dish. Namun pada antena prime focus ring horn berfungsi juga untuk pegangan LNBF. Pastikan ujung horn rata dengan sisi dalam Ring.
Istilah elevasi adalah sudut yang terbentuk dari garis horizontal bumi ke atas ( langit ). Sedangkan Azimuth adalah searah jarum jam dan diukur mulai dari Utara bumi ( 0 derajat ). Polarisasi adalah arah Satelite
Receiver, berfungsi menerima sinyal yang berasal dari parabola atau satelit. Pada receiver terjadi pemilahan sinyal untuk memilih channel yang diinginkan. Hal ini karena sinyal yang diterima dari satelit  terdiri  dari banyak channel,  dan sinyal tersebut diteruskan ke modulator.

v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
p\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
v\:textbox {display:none;}

Modulator, berfungsi untuk memodulasi sinyal menjadi sinyal RF, dan sinyal-sinyal tersebut disusun pada frekuensi-frekuensi tertentu.
Combiner, berfungsi menggabungkan sinyal broadcast channel yang telah ditempatkan pada suatu frekuensi sinyal pembawa (carrier) tertentu oleh modulator.

v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
p\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
v\:textbox {display:none;}

Masalah yang Sering di hadapi

v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
p\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
v\:textbox {display:none;}

– Gambar berbintik hal ini di sebabkan posisi arah antenna yang kurang pas, koneksi yang kurang bagus atau setting pada    modulator.
– Gambar bergaris hal ini di sebabkan posisi arah antenna yang kurang pas, koneksi yang kurang bagus atau setting pada modulator.
– Gambar berbayang atau bergetar hal ini di sebabkan posisi arah antenna yang kurang pas, koneksi yang kurang bagus, setting pada modulator atau penempatan frekuensi yang belum benar.
II. JARINGAN DISTRIBUSI

v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
p\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
v\:textbox {display:none;}

Pada dasarnya jaringan distribusi MATV di bagi dalam 3 segmen yaitu ;

v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
p\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
v\:textbox {display:none;}

1. Trunk Coaxial

v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
p\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
v\:textbox {display:none;}

Trunk coaxial memiliki tugas untuk menyampaikan keseluruhan layanan secara lengkap dari sentral ke wilayah layanan. Umumnya Trunk coaxial merupakan susunan seri (cascade) penguat (amplifier) yang pendek (1 sampai 3 penguat)

v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
p\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
v\:textbox {display:none;}

2. Feeder Coaxial
Jaringan feeder pasif merupakan sambungan terakhir ke rumah pelanggan. Jaringan pasif terdiri dari kabel koaksial dan tap. Tap-tap menyediakan titik hubungan terakhir ke rumah pelanggan

v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
p\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
v\:textbox {display:none;}

3. Drop Coaxial

v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
p\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
v\:textbox {display:none;}

Sistem drop Cable merupakan bagian dari jaringan MATV yang menghubungkan rumah pelanggan ke sistem feeder coaxial.

v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
p\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
v\:textbox {display:none;}

II.1. Fungsi Sistim

v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
p\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
v\:textbox {display:none;}

1. Perangkat Aktif (Ampifier)
Penguat digunakan dalam sistem distribusi koaksial dengan tujuan untuk mengimbangi rugi-rugi dari kabel distribusi  dan untuk menyediakan daya untuk mengatur  terminal akhir. Penguat harus dirancang untuk menambahkan degradasi sinyal sekecil mungkin, terutama noise dan distorsi, sejalan dengan menyediakan penguatan (gain) dan keluaran daya total yang diperlukan.

v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
p\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
v\:textbox {display:none;}

2. Perangkat Pasif (Splitter & Tap)

v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
p\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
v\:textbox {display:none;}

Splitter digunakan untuk membagi sinyal RF menjadi sama rata antara beberapa kaki keluaran. Directonal coupler digunakan untuk membagi sinyal RF menjadi tidak sama rata antara dua kaki keluaran. Sedangkat tap merupakan perangkat RF pasif yang terpasang dalam saluran distribusi koaksial untuk menyediakan sinyal ke rumah-rumah pelanggan.

v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
p\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
v\:textbox {display:none;}

II.2. Pengukuran Sinyal
Level Sinyal Amplifier

Input Amplifier
Low Frekuensi              : 75 ~ 80 dBmV
High Frekuensi             : 75 ~ 80 dBmV

Output Amplifier
Low Frekuensi              : 94 ~ 96 dBmV
High Frekuensi             : 102 ~ 104 dBmV

Level Sinyal Tap/Splitter

Output Tap/Splitter
Low Frekuensi              : 70 dBmV
High Frekuensi             : 72 dBmV
Input TV                        : 63 ~ 67 dBmV

v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
p\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
v\:textbox {display:none;}

II.3. Masalah yang Sering di hadapi

v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
p\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
v\:textbox {display:none;}

– Gambar berbintik hal ini di sebabkan level pada input atau output kurang dari standar yang telah di tentukan / terlalu besar atau koneksi yang kurang bagus.
– Gambar bergaris hal ini di sebabkan level pada input atau output lebih dari standar yang telah / terlalu besar atau koneksi yang kurang bagus.
– Gambar berbayang hal ini di sebabkan level pada input atau output lebih dari standar yang telah / terlalu besar atau koneksi yang kurang bagus.

MOTO PENULIS

Dalam Setiap Kesulitan Pasti ada Kemudahan

Intelegensi Fire Control / Fire Alarm System Protec You asset

Fire alarm system adalah:
Suatu sistem terintegrasi yang didesain dan dibangun untuk mendeteksi adanya gejala kebakaran, untuk kemudian memberi peringatan (warning) dalam sistem evakuasi dan ditindak lanjuti secara otomatis maupun manual dengan sistem instalasi pemadam kebakaran (fire fighting System).
Tujuan pemasangan :
Untuk mendeteksi kebakaran seawal mungkin, sehingga tindakan pengamanan yang diperlukan dapat segera dilakukan.
1.  Non addressable system / conventional
Ø Pada sistem ini MCFA menerima sinyal masukan langsung dari semua detektor (biasanya jumlahnya sangat terbatas) tanpa pengalamatan dan langsung memerintahkan’ komponen keluaran untuk merespon masukan tersebut.
Ø Sistem ini umumnya digunakan pada bangunan/area supervisi berskala kecil, seperti perumahan, pertokoan atau pada ruangan-ruangan tertentu pada suatu bangunan yang diamankan.
2.  Semi addressable system :
Pada sistem ini dilakukan pengelompokan/zoning pada detektor & alat penerima masukan berdasarkan area pengawasan (supervisory area). Masing-masing zona ini dikendalikan (baik input maupun output) oleh zone controller yang mempunyai alamat/address yg spesifik. Pada saat detektor atau alat penerima masukan lainnya memberikan sinyal, maka MCFA akan meresponnya (I/O) berdasarkan zone controller yg mengumpankannya
3. Full addressable system :
Merupakan pengembangan dari sistem semi addressable. Pada sistem ini semua detector dan alat pemberi masukan mempunyai alamat yang spesifik, sehingga proses pemadaman dan evakuasi dapat dilakukan langsung pada titik yang diperkirakan mengalami kebakaran
Main Control Fire Alarm
Ø Alat ini adalah pusat dari Fire Alarm System yang dapat mengontrol bekerjanya seluruh bagian detector dan manual station juga memberikan instruksi  pada alarm bell, lacation indicator lamp apabila terjadi indikasi kebakaran.
Ø Untuk Control Panel Utama dilengkapi dengan telephone jack dan line supervision pada type tertentu serta stand by batterey (nicad) apabila aliran listrik padam.
Biasanya alat ini  dipasang  pada ruang operation atau control room dimana terdapat pengawasan 24 jam.
Annunciator
      Alat ini adalah bagian / tambahan dari Control Panel Fire Alarm System yang fungsinya sebagai monitor / pengamat tambahan hanya tidak dapat berbuat aktif seperti Control Panel.
Biasanya alat ini dipakai apabila dibutuhkan pengamat tambahan diruangan lain seperti ruang Security dan lobby.
Ø Alat ini bekerja apabila tombol mechanic yang dilapis oleh plastic ditekan yang mengakibatkan mechanical contact menjadi aktif.
Ø  Biasanya alat ini digunakan pada ruang2 umum/public area sebagai alat diteksi manual dan untuk Manual Alarm Station dilengkapi dengan telephone jack untuk emergency communication.
ØAlat ini bekerja apabila Main Control Fire Alarm menjadi aktif (Control Panel akan mensupply tegangan DC 24 volt ke Alarm Bell).
Ø Biasanya alat ini juga digunakan pada ruang umum sebagai pemberi isyarat apabila terjadi kebakaran (untuk evakuasi).
 v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
p\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
v\:textbox {display:none;}

 

CARA KERJA ALARM KEBAKARAN GEDUNG
MANUAL :
Dengan menggunakan titik  panggil manual
– Tombol tekan
OTOMATIS :
Melalui deteksi kebakaran (firedetector)
– Smoke detector
– Heat detector
– Flow Switch
– Temper Switch
JENIS DAN TIPE DETEKTOR
* NYALA   =====> ULTRA VIOLET DAN INFRA RED.

* PANAS    =====>  FIXED TEMPERATURE DAN RATE OF RISE.

* Asap         =====> Ionization dan Photo Electrik.

* Manual  =====>   Push bottom dan full down dan Break Glass.

PENGINDRA NYALA API ( Flame  Detector )
ULTRA VIOLET
Alat deteksi ini sensitif terhadap cahaya api yg memancarkan cahaya putih kebiru-biruan dan biasanya alat ini dipasang untuk melindungi benda-benda yg terbakar memancarkan cahaya putih kebiru-biruan seperti natrium, alkohol dll.
INFRA MERAH
Alat deteksi ini sensitif terhadap cahaya api yg memancarkan cahaya infra merah, karena alat deteksi ini dilengkapi dengan filter amplifier untuk cahaya infra merah.
Sehingga mengakibatkan rangkaian electronic – contact menjadi aktif
Biasanya alat ini digunakan untuk deteksi ruangan yang agak besar/tinggi atau ruangan yang menyimpan barang2 yang mudah terbakar, seperti gudang mesiu, minyak, bahan kimia dan lain2.
PENGINDRA PANAS SUHU TETAP  (FIXED TEMPERATURE)
•Deteksi ini memiliki komponen:
ØElemen peka yang di dalamnya menggunakan dwi-logam (sensor bimetal).
ØMechanical contact.
      Prinsip kerja deteksi ini bila terjadi kebakaran elemen peka menerima panas dengan derajat suhu yg ditentukan (600,700,800 dst) oleh kepekaan deteksi maka sensor bimetal mendorong mechanical contact menjadi aktif dengan demikian alarm berbunyi. Biasanya alat ini digunakan pada ruangan yang agak panas seperti ruang mesin,  Generator listrik dan lain2 serta memerlukan diteksi panas dengan keadaan panas tertentu (over heat sensor).

v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
p\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
v\:textbox {display:none;}

PHOTO ELECTRIC DETECTOR SMOKE PENGURANGAN CAHAYA
             Komponen pada alat pengindra ini
Ø Sunber cahaya infra merah dipantulkan melalui lensa fokus sehingga pancaran cahayanya lurus.
Ø Photo electric cell yg dihubungkan kerangkaian  electronic contact ke alarm.Di waktu tidak terjadi kebakaran photo cell selalu menerima cahaya infra merah.
    Prinsip kerja deteksi ini bila terjadi kebakaran terdapat asap yang menghalangi cahaya yg selalu diterima oleh photo cell, kemudian dengan berkurangnya nilai cahaya yg diterima oleh photo cell mengakibatkan rangkaian electronic contact menjadi aktif dan alarn berbunyi. Biasanya alat ini digunakan apabila dibutuhkan deteksi yang tidak terlalu sensitif seprti ruang kerja eksekutif, gudang dan lain2 dimana terdapat asap dengan kadar ringan.
INDIKATOR LAMP
•Untuk membantu menunjukan titik indikasi kebakaran
•Biasanya ditempatkan didepan unit
PERSYARATAN TEKNIS PEMASANGAN PENGINDRA ASAP (SMOKE DETECTOR)
-Elemen peka tidak kurang dari 4 cm dari langit-langit.
-Maks pengindra asap dalam 1 zone tidak boleh lebih dr 20 buah, atau luas 1 zone kebakaran tidak boleh lebih dr 2000 m2.
-Untuk mengindra kebocoran gas harus digunakan pengindra jenis ionisasi.
-Elemen peka tidak boleh kotor.(Dasar SK Gub No. 889 Th 1981 Ps. 5).
PERSYARATAN TEKNIS PEMASANGAN PENGINDRA PANAS (HEAT DETECTOR)
-Jarak antara elemen peka dengan langit-langit adalah 1,5 – 10 cm.
-Jarak antara elemen peka yang di pasang pada balok kayu / beton bangunan dengan plafon / langit-langit, tidak boleh lebih dari 25 cm.
-Elemen peka tidak boleh dicat.
-Jumlah pengindra panas dalam 1 zone tidak boleh lebih dari 40 buah.(Dasar SK Gub No. 889 Th 1981 Ps 4)
TROUBLE SHOOTING
1. Main Power Fault
Penyebab: supply tegangan 220 Vac dari PLN terputus, secara otomatis power supply pindah ke battery back-up (UPS)
Langkah: sambung kembali supply PLN yang terputus
2. Stanby Power Fault
Penyebab: Battery back-up tidak tersambung ke system fire alarm, batery tidak terpasang
Langkah: pasang battery backup dan sambungkan ke system fire alarm
3. Loop n Short Circuit
Penyebab: terjadi hubungan pendek dikabel data (S-, S+) pada loop ke n
Langkah: perbaiki jalur kabel yang terjadi hubungan pendek, hubungan pendek yang terlampau lama akan menyebabkan SCU board rusak
 4.  Remote Annunciator #1 Trouble
Penyebab: Jalur kabel Annunciator 1 terputus, kabel data dan kabel power 24 Vdc
Langkah: sambung kembali jalur kabel annunciator

Semoga bermanfaat dan menambah wawasan pembaca yang mungkin perlu menggali  disegala bidang ilmu khususnya untuk perkembangan teknologi yang berhubungan dengan system – system yang ada, tak lupa bila ada kesalahan menerangkannya mohon dapat dicoreksi kembali semua itu saya sebagai Blogger masih ada kekurangan, dan mendapat berkah dariNYA atas apa yang bisa saya sampaikan disini.